THIS-IS-FEATURED-POST-1-TITLE

FEATURED-POST-1-DESCRIPTION

THIS-IS-FEATURED-POST-2-TITLE

FEATURED-POST-2-DESCRIPTION

THIS-IS-FEATURED-POST-3-TITLE

FEATURED-POST-3-DESCRIPTION

THIS-IS-FEATURED-POST-4-TITLE

FEATURED-POST-4-DESCRIPTION

THIS-IS-FEATURED-POST-5-TITLE

FEATURED-POST-5-DESCRIPTION

Senin, 16 Mei 2011

Masjid Raya Kota Makassar


06.25 |

http://static.panoramio.com/photos/original/5824459.jpg


Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949. Kemudian pada tahun 1957 Presiden pertama RI, Soekarno melaksanakan sholat Jumat di masjid ini. Sedangkan pada tahun 1967, mantan Presiden Soeharto juga berkunjung dan sholat Jumat di masjid perjuangan ini. Karena itu, kehadiran masjid raya merupakan tonggak sejarah masa lalu.

Dana awal pembangunan masjid hanya Rp60.000 yang diprakarsai K H Ahmad Bone, seorang ulama asal Kabupaten Bone tahun 1947 dengan menunjuk ketua panitia KH Muchtar Lutfi, dua tahun kemudian diresmikan dengan menghabiskan biaya Rp1,2 juta.


Seorang jurnalis asing yang mengunjungi masjid tersebut menulis dalam sebuah artikelnya bahwa Masjid Raya Makassar adalah masjid terbesar di Asia Tenggara di masa itu dengan daya tampung sekitar 60.000 orang hingga ke halaman.

Lahan seluar 13.000 meter persegi tempat masjid dibangun adalah bekas lapangan sepakbola Exelsior Makassar yang dihibahkan untuk pembangunan masjid yang dimulai pada 1949, kemudian diresmikan satu tahun kemudian, 

Menurut Wapres, renovasi pertama Masjid Raya Makassar yang dibangun tahun 1949 itu, dilakukan pada tahun 1978 oleh Gubernur Ahmad Lamo. Namun, setelah 29 tahun kemudian atap masjid bocor-bocor sehingga sangat sulit dipertahankan. Karena itu, masjid ini dibangun kembali dengan struktur dan arsitektur baru mengadopsi Masjid Cordoba Spanyol, sementara bangunan lama hanya menyisahkan menara disamping kiri masjid.

Mesjid dua lantai di Jl. Bulusaraung ini menggunakan bahan bangunan sekitar 80 persen dari bahan baku lokal, memiliki dua menara setinggi 66,66 meter, daya tampung 10.000 jamaah dan fasilitas berupa perpustakaan, kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel.

Dana pembangunan masjid masing-masing bersumber dari Jusuf Kalla sebesar Rp18,5 miliar, Aksa Mahmud Rp1,5 miliar, Pemkot Makassar Rp3 miliar, Pemprov Sulsel Rp1 miliar, jamaah masjid Rp1 miliar dan Andi Sose Rp500 juta. Pada hari jumat 27 Mei 2005 bertepatan dengan 18 Rabiul Akhir 1426 H, Masjid Raya Makassar diresmikan pemakaiannya oleh Mantan Wakil Presiden RI, Drs H Muhammad Jusuf Kalla.


Pada awalnya Masjid Raya adalah sebuah lapangan yang kerap dijadikan tempat bermain bola dan tempat lahirnya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Kini, di atas tanah seluas 13.912 meter persegi itu telah berdiri masjid megah yang dilengkapi berbagai fasilitas dan dapat menampung 10 ribu jemaah.



Bangunan induk masjid ini memuat 10 ribu jemaah, jika digabung dengan halaman masjid dapat menampung hingga 50 ribu jemaah. Ketika pertama kalinya ditempati salat Jumat pada Agustus 1949, sekalipun bangunannya belum rampung namun seluruh ruangan penuh sesak hingga melimpah ke jalan umum.

Pada masa itu, pemerintah menganjurkan semua masjid di kota ini ditutup dan bersatu di Masjid Raya guna melaksanakan salat Jumat berjemaah. Kegiatan tersebut membuat tentara KNIL yang masih berkuasa di Makassar, merasa gusar dan menyesali pemberian izin membangun masjid. Sebab, Masjid Raya tidak hanya sebagai tempat ibadah saja tapi juga digunakan sebagai markas pertemuan dan kegiatan pejuang kemerdekaan.

Lalu bagaimana ihwal arsitektur Masjid Raya ini memiliki dua ruang terpisah? Hal itu bermula ketika Muhammad Soebardjo memenangkan sayembara gambar bangunan Masjid Raya Makassar. Arsitek terkemuka itu menampilkan bentuk menyerupai model pesawat terbang. Di bagian depan dengan sayap di kanan-kiri merupakan teras.

Kemudian badannya yang memanjang dari barat ke timur dengan dua badan atau jalur badan pesawat, lalu bagian timur seperti ekor pesawat akan tetapi tidak meninggalkan keaslian masjid dengan menara, kubah, mihrab, dan lain-lain. Itu disebabkan, Soebardjo ketika itu membaca imajinasi masyarakat Makassar yang setiap harinya dihantui oleh pesawat pengebom B-29 yang melayang-layang di atas kota.

Pada bangunan aslinya, Masjid Raya memiliki Musafir Khana yaitu bangunan khusus tempat penampungan orang-orang terlantar atau musafir dan pelajar yang terputus bantuan dari orangtuanya sehingga memerlukan bantuan. Paling penting adalah masjid ini pertama kali lahir MTQ pada 1955 silam.




Selain desain konstruksi fisik Masjid Raya Makassar dengan kubahnya setinggi 36 meter, juga menjadi andalan dan bentuknya sangat menarik adalah mihrab atau tempat imam/khatib yang menampakkan pada kebesaran Islam di Eropa tepatnya Cordoba Spanyol. 

Kisah menarik yang dialami para perancang dan pelaksana proyek Masjid Raya Makassar, adalah penataan interiornya. Termasuk lukisan kaligrafi yang menghiasi dinding dan langit-langit masjid. Hasilnya bisa disaksikan sekarang, dimana pada bagian yang semula hanya berfungsi sebagai perekat struktur, terhias indah ayat-ayat suci Alquran. Begitupun bagian atas mihrab seluruhnya berhias Asmaul Husna.

Dari pengamatan penulis, Masjid Raya mempunyai beragam kegiatan yang diikuti dan dikelola oleh Remaja Masjid dan pengurusnya. Setiap hari pada bulan Ramadhan menyelenggarakan acara ta'jil menunggu waktu berbuka bersama warga masyarakat sekitar kota Makassar dan dilanjutkan Shalat Tarawih berjama'ah. Masjid Raya Makassar setiap tahunnya tak pernah meninggalkan tradisi Shalat Tarawih khas Ahlussunnah Wal Jama'ah yang berjumlah 20 rakaat plus 3 rakaat witir dalam dua salam. Dalam menyelenggarakan Shalat Jum'at berjama'ah juga tak lupa mengikuti tradisi Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan 2 kali adzan Jum'at yang disertai dengan shalat qabliyah jum'at.



http://karim74.files.wordpress.com/2009/06/mesjid-raya-in-makassar-indonesia.jpg


(Dikutip dari berbagai sumber)


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...